Senyuman
riang yang terlukis di bibirmu masih terukir jelas dibenakku. Suara tawamu
masih terdengar jelas ditelinga ini.” Gugur” iya aku sebut gugur, karena itulah
kata yang pantas karena kepergianmu malaikat tanpa sayapku.
Dengan
mudah bunga yang indah merekah, gugur dan jatuh begitu saja. Bunga yang harum
dan indah, juga akan jatuh ditanah yang lembab dan gelap.
Mungkin
waktu ini terasa semakin berlalu. Tinggalkan semua cerita tentang persahabatan
kecil kita. Malam tragis itu, ah.. sudahlah aku tak ingin mengingat kenangan
buruk itu. Aku sangat membencimu, kau biarkan aku terhempas sendiri disini.
Masih ingatkah janjimu dulu untuk selalu ada untukku, hingga masa tua kita
menjemput.
Masih
tergambar jelas dipelupuk mata ini, darah yang kau hempaskan mewarnai jalanan
itu. Masih terdengar jelas jeritan sakitmu didaun telinga ini, saat truk besar
itu menghempas tubuhmu tanpa rasa belas kasihan sedikitpun.
Kini
aku merindukan senyuman kecilmu pelipur laraku. Pelukan yang menenangkan jiwa
ini. Bersama ingin kini aku tinggalkan cerita semua tentang kita.
Ada
cerita tentang aku dan kamu, saat kita bersama saat dulu kala. Masa yang indah
itu , saat kita berduka, saat kita tertawa. Kini telah tiada, hilang bersama
waktu.
Haruskah
aku pergi tinggalkan dunia, agar aku dapat berjumpa denganmu lagi. Masih
terbesit rasa tidak percaya ini, saat aku mulai teringat bahwa kini aku telah
sendiri.
Masa
putih abu-abu, masa itulah yang mempertemukan kita. Bangku kelas paling depan,
tepat disamping jendela berwarna kuning itulah, saksi bisu bahwa persahabatan
kita pernah ada.
Rasa
sakit ini masih membekas sangat jelas di dalam hati yang paling dalam ini. Rasa
marah dan kecewa pernah aku berikan pada Tuhanku. Tuhanku, mengapa ini semua
terjadi pada persahabatan kami? Mengapa engkau berbuat tidak adil padaku?
Tahukah engkau, bagaimana rasa kehilangan ini saat aku melihat bahwa aku telah
sendiri ! Haruskah kami dipisahkan di masa-masa yang indah ini? Haruskah aku
merasakan kehilangan saat ini? Saat aku mulai menemukan sosok sahabat yang
menjadi penyemangat hidupku.
Ingin
rasanya aku menangis, ingin rasaya aku berteriak sekeras mungkin. Tapi, pada
siapa? Pada siapa kemarahan ini aku tunjukkan. Semua ini tak akan merubah
keadaan. Dia tak akan kembali. Tak akan pernah kembali.
Semua
orang melihatku, namun mereka hanya berkata dengan mudah “sudahlah ikhlaskan
saja” . Tersayat hatiku, saat mereka tak bisa merasakan apa yang aku rasakan.
Dengan mudahnya mereka mengatakan kata itu. Mereka tidak bisa merasakan rasa
kehilangan yang mendalam ini. Mereka tak bisa merasakan gejolak yang ada di
dalam batini ini.
Langit
menjadi gelap berkelabu, menyelimuti hatiku. Mengubah seluruh hidupku. Ku akan
menati sebuah keajaiban, yang membuat kita bisa bersama kembali.
Bagai
malaikat tanpa sayap, kau hadir ditengah-tengah kehidupanku. Pengobat dari semua
lukaku, penenang disetiap gelisahku, dan penyemangat di kala aku mulai
terjatuh.
Separuh
nafasku, kuhembuskan untuk dirimu. Biar rinduku sampai kepada bidadariku. Kamu
segalanya, tak terpisah oleh waktu. Walau bumi menelanmu, ku tetap
merindukanmu.
Jangan
pergi, jangan pergi, ku tak ingin sendiri. Aku takut sendi disini. Pada siapa
ku harus bersandar lagi, pada siapa kuharus berbagi lagi, pada siapa?
Mataku
kini menjadi buta, tangan ini menjadi beku, air mata ini telah habis. Aku tak
bisa merasakan keindahan dunia ini lagi, bahkan wangi mawarpun tak bisa kuhirup
lagi. Hanya nafas ini yang masih berhembus.
Tak
ada yang bisa, menggantikan dirimu. Kini aku bagai mayat hidup yang hanya bisa
merasakan kesedihan. Tak ada lagi warna dalam hari-hariku. Tak ada lagi
senyuman yang dulu. Duniaku menjadi abu-abu. Sangat kelam. Bener-benar gelap
dan sunyi.
Apa
kata yang pas untuk protes pada waktu? Mungkin saatnya kau tenang disana.
Hari-hari yang kujalani, kini semua kan terasa sunyi. Walau hampa pasti
kuhadapi, kuucapkan selamat jalan. Selamat jalan kawan, semoga kau tenang.
Semua canda tawamu, bayanganmu tak akan pernah hilang.
Sampai
kini ku masih tak percaya, bahwa kau telah tiada. Mungkin batu nisan, bisa
memisahkan kita. Namun ambisimikan selalu ada diantara kita, hanya doa yang
akan aku panjatkan untuk menemani langkahmu menuju singgasana surga.
Selamat
tinggal..
Tidur
yang lelap..
Mimpi
yang indah..
Selamat
jalan...
Bila
waktu telah berakhir, teman sejati tinggallah sepi. Mungkin aku lelah, aku
ingin tidur, tapi tidur untuk selamanya. Sesungguhnya aku tak rela, melihat kau
disana, sungguh hati terluka. Cukup puas kau buat diriku merasakan hancur.
Kembalilah padaku.
Kutaburkan bunga diatas pemakamanmu.
Bunga terakhir kupersembahkan padamu sebagai tanda betapa berharganya dirimu.
Masa yang indah, ini
semua telah berakhir. Aku yang lemah tanpamu, aku yang rentan karena sosok yang
hilang dari hidupku. Selama mata terbuka, sampai jantung tak berdetak selama
itupun aku mampu tuk menyayangmu. Bagiku kaulah sahabat sejati. Darimu
kutemukan hidupku.
Bila yang tertulis
untukmu, adalah yang terbaik. Kan ku jadikan kau kenangan dalam hidupku. Namun
tak kan mudah bagiku, meninggalkan jejak hidupku yang terukir abadi sebagai
kenangan yang terindah.
Aku memang tak berhati
besar, untuk memahami semua ini. Aku memang tak berhati lapang untuk semua ini.
Inilah kisah persahabatan kita yang tak sempurna.
Dengarlah..
Dengarlah aku..
Aku akan bertahan menghempas ombak
kesedihan ini ..
Tertutup sudah pintu
kebahagiaanku. Kini kau pergi dari hidupku. Ku harus relakanmu, walau ku tak
mau. Berjuta warna pelangi di dalam hati. Sejenak luluh bergeming menjauh
pergi. Tak ada lagi cahaya suci.
Semua nada beranjak,
aku terdiam sepi. Dengarlah, suara tangisanku. Karena semua ini menusuk
jantungku. Ucapkan, semua puisi tentang hidupku yang tak bisa menakhlukkan
waktu.
Hati
ini tak menyangka bila akan kau tinggalkanku. Aku pun menangis tak kuasa. Tuk
menahan pedihnya hatiku. Tanpa ada kata kau meninggalkanku. Menyisakan luka
dikehdupanku, merasakan hilangnya dirimu. Hari ini tak seperti kemarin, hari
ini tak seindah hari kemarin.
Aku hilang..
Aku hilang..
Terasa kerinduan hati
yang terhempas oleh waktu, dengarkanlah permintaan hati yang teraniaya sunyi.
Dan berikanlah arti dalam hidupku yang hancur ini. Menghirup rindu yang
sesakkan dada. Jalanku hampa saat ini. Inginku pegang erat dan ingin kuhalangi
waktu agar kau tak pergi. Perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri. Kekuatan
persahabatan yang bertabur janji, genggamlah tanganku sahabatku. Ku tak akan
pergi meninggalkanmu sendiri, ku akan temani hatimu.
Kutringat
hati, yang bertabur mimpi,kemana kau pergi. Masihkah mengingat persahabatan
kita? Masihkah kau mengingat sahabatmu ini? Tunggu aku disana, tunggu aku di
surgamu.
Kita, Untuk
Selamanya...